Minggu, 31 Juli 2016, 12:12
Tulisan ini tak lebih hanyalah sebuah review dari kegiatan Halalbihalal Alumni Fisip Unihaz Bengkulu pada Sabtu malam (30 Juli 2016). Acara yang sebenarnya menjadi tradisi atau budaya turun temurun yang hanya dilakukan di Indonesia (red-Halalbihalal), menjadi sangat menarik dengan dibalut acara temu kangen antara alumni dan civitas academika dilingkungan Fisip Unihaz Bengkulu. Mengapa dikatakan menarik? Karena Fisip atau dengan kepanjangannya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan bagian unit dari Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH bengkulu yang di rasa telah berumur, hal ini dibuktikan dengan sejarah panjang yang ditorehkan fakultas, dengan menelurkan hampir 2915 alumni sepanjang tahun 1987 s.d. 2016. Menariknya lagi, fakultas atau bahkan universitas selama ini tidak pernah berinisiatif untuk mengumpulkan mereka menjadi wadah formal dengan sebutan Ikatan Alumni. Padahal kita tahu alumni merupakan stakeholder penting di dalam pemenuhan standar kualitas penjaminan mutu bagi perguruan tinggi. Karena alumni yang telah tersebar hampir di pelosok negeri ini merupakan unsur terpenting yang dapat memberikan masukkan bagi perguruan tinggi tersebut, bagaiman mereka dapat berkompetisi pada dunia yang real, yaitu kompetisi di dunia kerja.
Selanjutnya apa yang harus kita lakukan! Ini mungkin pertanyaan tantangan bagi kita selaku pengelola institusi. Apakah alumni harus diberdayakan? pertanyaan ini mungkin sangat klise sekali. Karena yang kita ketahui hampir di setiap institusi pendidikan akan melahirkan alumni-alumni baru, namun hampir dari setiap institusi itu memberikan atau memfasilitasi para alumninya dengan wadah berkumpul yang formal dan efektif melalui Ikatan Alumni atau dengan sebutannya lainnya. Akan tetapi institusi tidak lagi mencampuri gerakan mereka, karena ikatan alumni tersebut terbentuk atas inisiatif bersama dan selanjutnya mereka-mereka yang ada di dalam tersebut bergerak atas kehendak serta kreasi mereka untuk mengsinergikan pada institusi induknya. Pertanyaannya kok bisa? Ya, hal ini bisa terjadi apabilah para alumni-alumni tadi sudah terdidik dan tertanam jiwa memiliki lembaganya. Inilah tugas berat kita, bagaimana seharusnya kita dapat memupuk mahasiswa yang kita miliki dari sedini mungkin. Pupuk itu yang kita namakan demokratisasi di dalam setiap kegiatan kampus. Mahasiswa selalu dilibatkan dalam kegiatan kampus dan mereka di-support berdasarkan minat bakat mereka, sehingga pada akhirnya mereka akan meninggalkan kampus tercinta dengan tertanam jiwa memiliki lembaga sampai di akhir hayatnya. Bisa jadi status mahasiswa terhenti setelah mereka dinyatakan lulus dengan menerima ijazah, namun nama alumni sampai mati akan melekat pada diri mereka dan itu harus dijaganya.
Mari kita mulai dari hal yang benar dan tak perlu sungkan untuk merubah habit yang selama ini mengakar. Tulisan ini bukan mencari siapa yang salah atau benar, tapi tulisan ini awal kita melihat realitas sebenarnya. Sekali lagi ini hanyalah review tak lebih dari itu…. (izul)